Otoinfo – Di tengah panggung MotoGP yang memanas dengan kemenangan Francesco Bagnaia di Mugello, perhatian dunia otomotif juga tertuju pada langkah strategis yang diambil oleh jenama otomotif Prancis, Renault, yang bermitra dengan produsen otomotif China, Geely.
Kemitraan ini bertujuan mengembangkan mesin pembakaran internal bersistem hybrid, menandai langkah ambisius kedua perusahaan untuk memperkuat posisi bisnis mereka dalam menghadapi transisi menuju elektrifikasi.
Dalam lanskap industri otomotif yang terus berubah, Renault dan Geely memilih untuk melangkah bersama untuk menghadapi tantangan bersama. Dengan menggabungkan keahlian dan sumber daya, keduanya bertujuan untuk menghasilkan mesin hybrid yang inovatif dan kompetitif.
Langkah ini juga menjadi respons atas perlambatan adopsi kendaraan listrik di pasar, sementara investasi pada pembangkit listrik rendah emisi terus meningkat. Kemitraan antara Renault dan Geely bukanlah kebetulan semata.
Dalam era persaingan global yang semakin ketat, strategi ini menjadi pilar utama bagi Renault untuk menjaga daya saingnya. Dengan investasi pada beragam kemitraan, Renault bertujuan untuk mengurangi biaya dan memperluas jangkauan pasar, sambil tetap berfokus pada pengembangan teknologi terbaru.
Dari perspektif Geely, kesepakatan ini merupakan langkah penting dalam agenda ekspansi global perusahaan. Geely telah menunjukkan komitmennya dalam mengembangkan teknologi otomotif melalui berbagai kemitraan, termasuk dengan jenama ternama seperti Mercedes-Benz.
Kemitraan dengan Renault, yang diberi nama HORSE Powertrain, akan menjadi landasan untuk memasok powertrain kepada merek-merek dalam grup perusahaan, termasuk Volvo, Proton, Nissan, dan Mitsubishi. Dengan proyek ini, Renault dan Geely memiliki proyeksi pendapatan tahunan sekitar 15 miliar euro, dengan target volume produksi mencapai lima juta unit powertrain per tahun.
